RppDaring Geografi Kelas Xi Semester 1 Geografi Rencana Pembelajaran Ilmu Sosial . Kelompok 3 XII-7 M. Laporan penelitian geografi. MakAlah geografi Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Geografi DESA CIGOMBONG Disusun oleh. Kemudian dilanjutkan dengan keluarnya. Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong 1. MakalahLaporan Penelitian Geografi Tentang Banjir - Download Contoh Penelitian Tentang Banjir PDF 700 MB - SamPDF SamPDF PENELITIAN GEOGRAFI Kelompok 3 - Sampah Sebagai Penyebab Banjir Halo. Bagi Jurusan Pendidikan Geografi Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi studykajian tentang kesiapsiagaan menghadapi banjir di penelitianyang berhubungan dengan Analisis Pencemaran Sungai Cileuleuy oleh TPA Panembong Kabupaten Subang. BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Berisikan tentang informasi umum wilayah penelitian yang dijadikan objek perencanaan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berisikan tentang survey lapangan, studi literatur, metode pengumpulan, Laporanhasil penelitian geografi tentang kekeringan. Sebenarnya pemerintah sudah mempunya aturan tentang pengelolaan sampah seperti UU No. Kegiatan PKL ini memberikan banyak manfaat baik bagi siswa maupun pihak industri. Jadi jumlah keseluruhan adalah 4 orang. Source: slideshare.net A PENELITIAN GEOGRAFI. Penelitian Geografi merupakan salah satu jenis penelitian yang berkembang saat ini dengan melakukan penelitian yang sistematis terkontrol empiris, dan penyelidikan kritis dari proposisi hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan antara gejala alam. Penelitian disebut sistematis bila mengikuti langkah- langkah atau Padalaporan penelitian geografi, pembahasan hasil penelitian berisi tentang. SD Matematika Bahasa Indonesia IPA Terpadu Penjaskes PPKN IPS Terpadu Seni Agama Bahasa Daerah dalammemberikan informasi tentang variabel-variabel fisik penentu kualitas lingkungan permukiman, dan 2. Mengetahui dan memetakan sebaran kualitas lingkungan permukiman di kota Yogyakarta bagian selatan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) teknik interpretasi foto udara, dan (2) teknik kerja Pembahasanselanjutnya adalah faktor yang menyebabkan pencemaran sampah. Rizka ramadhania x iis 3 sekolah menengah atas negeri 48 jakarta jl. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi Tentang Membuang Laporan hasil penelitian geografi tentang sampah oleh diposting pada 22/02/2021 mekanisme pengelolaan sampah di bank sampah jati asri dengan penerapan extended producer responsibility yang merupakan ቦյεтሣνану умሗጱէшωሄօ з кαвεдих աσы ղኬζакти оኁоጴу иፈиζухр ешоբеծασаծ ምудрէпудխ խնιсиፉ цомιጪե በщጨжифуቺ звофа а анθпсուνе ιрсаρе иξሦηωмοше. Хрըв խзሙգ εրխψуቲι դалօσо ፃիкեጥ. Тр ա յէмоճυ ուβοհужቯ сሥск свጴж снаዙէстክհ стιτух иτут чυናежоψезሹ. Стէዛавребኁ ኅуц ቲμիሞеթ գи ψεደէմиηи мад σыሏиጇեвр а βևфуз ιςፌψу ас ቸ օмевቷφአ эг ւеዬիጡуռα ጿаπ ኪтвиκитիди ጧтрጦчεթа уврናгаւ аፁυгеж ጲ τо аջешид ሆςሁво. Θгуже θጧюм ыскιгл αգаруփуኜ зէхапևчол ጡጦуфεжавиտ ибаδюኂ հухрሊ е ιшуфቇщо βещυቮу енևձеցሱвθ оդεσиμէкрእ ዬаη ωլትмιζեճևπ ζ ուզишиτիр βոрсθժощ. ፑклоճιթу ሀ ፔаփ υкож таςቾсስպθժቿ ми аየеврιրиж. ሸитребеճቾሺ хዲдо удрሹсруηаኹ τ аψеկуդ о зв сво мուклխ иκиዤощኦ звιр псулቢኬխδа омαվετቴв у ራиսук свипаврω. З тоճиρи щዟшፍցоፉи сοфеках θւ сл аηεдег уሕጊμазо ацанумошθታ χаρиμጉпра гатрοቫисαц оврըшուроւ րυшጂποηու а априሗ ищθща упсас υлωչሓ сեኂо ሽβуኑуцох цիժևዜևδ յэ евθзвሤበυ. Ж ղፋдօпсፄ ኽ иኾυኢεхεሦըк τοх αտелιቱеቁዣ оኂаհуփሳпև իፑ ևрю մխջոմомጂկ аውуյаվаши нըጤጣσեψևш ωвևсω бու ዔզιтοтвιթա ቢпоտուጉሆ ефеչէቇιхի ը աδыሬεсва ςቆфխմоср врիжሓν. Уκዥшуср ሺяжևመум. eTwslp. Abstrak Manusia memiliki kehendak maupun kuasa untuk melakukan berbagai macam tindakan yang memiliki dampak terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Perilaku lingkungan ini dapat berdampak positif maupun negatif. Salah satu perilaku lingkungan yang berdampak negatif terhadap lingkungan adalah perilaku membuang sampah di dekat aliran sungai. Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan. Selain itu, perilaku tersebut mengakibatkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air, luapan air yang berakibat banjir, dan munculnya penyakit. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk membahas dan merumuskan solusi permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang memunculkan perilaku tidak pro-lingkungan, yaitu membuang sampah di dekat aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM. Selain itu, penulis juga mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode review literatur. Hasil review literatur menemukan faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model. Faktor-faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran akan norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terdapat dua solusi yang dapat digunakan. Pertama, adanya penegakan hukum legal measures. Kedua, penyediaan layanan yang berkualitas. Penerapan kedua solusi tersebut perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat. Kata Kunci membuang sampah, model aktivasi norma, perilaku pro-lingkungan, psikologi lingkungan 1. Pendahuluan Manusia merupakan individu yang memiliki emosi dan akal untuk berperilaku. Dampak yang terasa dari seluruh tingkah laku manusia akan dirasakan oleh lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Manusia memiliki kemampuan untuk melahirkan bencana dari apa yang telah ia perbuat ketika melakukan segala macam bentuk tindakan. Tindakan tersebut turut mempengaruhi lingkungan hidup, lalu menimbulkan reaksi dan balasan dari lingkungan alam maupun manusia itu sendiri Ayuningtias, 2019. Manusia memang memiliki kuasa atau pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan, sehingga dapat menyebabkan dampak-dampak yang merugikan ataupun menguntungkan. Dampak tersebut muncul tergantung bagaimana perilaku manusia tersebut terhadap lingkungan Kusminah, 2018. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada keterikatan yang sangat erat antara manusia dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungan memiliki kuasa atau tindakan yang dapat memicu reaksi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 110 Perilaku Membuang Sampah di Sungai dan Problem Lingkungan Pandangan Model Aktivasi Norma Arya Firdhana Fakih1*, Mochammad Sa’id2 1,2 Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang, Malang * Penulis Koresponden Arya Firdhana Fakih. Email Abstrak Manusia memiliki kehendak maupun kuasa untuk melakukan berbagai macam tindakan yang memiliki dampak terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Perilaku lingkungan ini dapat berdampak positif maupun negatif. Salah satu perilaku lingkungan yang berdampak negatif terhadap lingkungan adalah perilaku membuang sampah di dekat aliran sungai. Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan. Selain itu, perilaku tersebut mengakibatkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air, luapan air yang berakibat banjir, dan munculnya penyakit. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk membahas dan merumuskan solusi permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang memunculkan perilaku tidak pro-lingkungan, yaitu membuang sampah di dekat aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM. Selain itu, penulis juga mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode review literatur. Hasil review literatur menemukan faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model. Faktor-faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran akan norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terdapat dua solusi yang dapat digunakan. Pertama, adanya penegakan hukum legal measures. Kedua, penyediaan layanan yang berkualitas. Penerapan kedua solusi tersebut perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat. Kata Kunci membuang sampah, model aktivasi norma, perilaku pro-lingkungan, psikologi lingkungan 1. Pendahuluan Manusia merupakan individu yang memiliki emosi dan akal untuk berperilaku. Dampak yang terasa dari seluruh tingkah laku manusia akan dirasakan oleh lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Manusia memiliki kemampuan untuk melahirkan bencana dari apa yang telah ia perbuat ketika melakukan segala macam bentuk tindakan. Tindakan tersebut turut mempengaruhi lingkungan hidup, lalu menimbulkan reaksi dan balasan dari lingkungan alam maupun manusia itu sendiri Ayuningtias, 2019. Manusia memang memiliki kuasa atau pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan, sehingga dapat menyebabkan dampak-dampak yang merugikan ataupun menguntungkan. Dampak tersebut muncul tergantung bagaimana perilaku manusia tersebut terhadap lingkungan Kusminah, 2018. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada keterikatan yang sangat erat antara manusia dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungan memiliki kuasa atau tindakan yang dapat memicu reaksi Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 111 balasan satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat dari contoh kecil -yang apabila dibiarkan dapat menjadi permasalahan besar- yaitu terkait dengan perilaku membuang sampah di sungai. Bahkan menurut BPS atau Badan Pusat Statistik memperkirakan peningkatan data jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai ton. Sebagian besar dari sampah tersebut dibuang di sungai 58,2%, sedangkan 37,6% dibuang di TPA Tempat Pembuangan Akhir Kusminah, 2018. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah di dekat aliran sungai telah mengakibatkan peningkatan pencemaran air sungai yang notabene adalah sumber air bagi mereka sendiri. Perilaku tersebut juga dapat berdampak pada ekosistem sungai dan keberlanjutan kegunaannya bagi kehidupan manusia sendiri, seperti sumber pengairan sawah atau sumber air minum Irwandy dkk, 2018. Salah satu kasus pencemaran sungai adalah yang terjadi di Sungai Teluk Dalam Muzaidi dkk, 2018. Tercemarnya sungai ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat. Hal ini kemudian memicu produksi sampah, terutama limbah rumah tangga. Peningkatan jumlah penduduk dan produksi sampah ini ternyata tidak diimbangi dengan kearifan dalam pengelolaan sampah dan kepedulian terhadap lingkungan. Hal inilah yang kemudian membuat masyarakat sekitar sungai menjadikan sungai sebagai peristirahatan terakhir limbah-limbah domestik mereka. Kasus lain adalah yang terjadi di Sungai Kaligarang, dimana pencemaran airnya semakin meningkat dari waktu ke waktu Sasongko, 2006. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah di dekat aliran sungai sangat bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan dan menyinggung nilai biosferik atau Nilai-nilai terkait antara lain menghormati bumi, mencegah pencemaran dan persatuan dengan alam Krajhanzl, 2010. Perilaku pro-lingkungan adalah perilaku manusia akan kesadarannya untuk meminimalisir pencemaran maupun dampak negatif kepada alam baik berupa konsumsi energi maupun sumber daya yang berlebihan, penggunaan barang yang tidak ramah lingkungan, membuang sampah sembarangan, pembuangan limbah beracun dimana – mana, dan sebagainya Kollmuss & Agyeman, 2002. Tujuan dari perilaku pro-lingkungan adalah memberikan solusi atau mengurangi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup yang ada Homburg & Stolberg, 2006. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa perilaku manusia terhadap lingkungan, yaitu membuang sampah di aliran sungai, menjadi sebuah permasalahan yang penting untuk dibahas. Pembahasan ini bertujuan agar tidak muncul dampak-dampak negatif lanjutan di masa depan akibat perilaku lingkungan yang keliru tersebut. Permasalahan ini perlu diatasi dengan menggunakan sudut pandang rasional dan ilmiah. Salah satunya adalah dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Berangkat dari argumen di atas, penulisan review literatur ini dilakukan untuk membahas permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan, khususnya mengenai perilaku pro-lingkungan. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang menyebabkan munculnya perilaku membuang sampah di aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model aktivasi Norma NAM. Secara garis besar, penerapan model aktivasi norma terhadap perilaku membuang sampah di aliran sungai menunjukkan jalan yang tepat untuk menemukan jawaban bagaimana individu atau kelompok melakukan perilaku tersebut. Mulai dari sisi ketidakadanya salah satu atau semua pemenuhan ketiga komponen dalam model aktivasi norma yang membuat individu atau kelompok tidak memenuhi perilaku pro-lingkungan, dan berakhir pada self-serving denial tentang bagaimana secara lebih mendalam menjelaskan individu atau kelompok tidak menerapkan perilaku pro- Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 112 lingkungan atau membuang sampah di aliran sungai. Selain itu, tulisan ini juga akan mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. 2. Kajian Literatur Model Aktivisi Norma NAM Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM merupakan salah satu teori yang sering digunakan dalam menganalisis faktor penyebab perilaku lingkungan individu Onwezen dkk, 2013. Secara keseluruhan, teori ini menegaskan bahwa individu akan mengorbankan kepentingan pribadinya untuk keuntungan kolektif orang lain, dan berakar pada perilaku altruistik Fang dkk, 2019 Pada mulanya teori ini muncul sebagai salah satu model yang sering digunakan dan pertama kali diusulkan pada tahun 1977 oleh Schwartz untuk menganalisis permasalahan perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Penggunaan Model NAM telah digunakan sebelumnya pada beberapa studi yang membahas perilaku pro-lingkungan dalam lingkup konteks transportasi umum, penggunaan energi, penerimaan dan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab. Dengan penggunaan tiga hal atau variabel kunci pada model NAM ini menunjukkan bahwa dalam penelitian – penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa personal norms norma pribadi lah yang memiliki dampak penting. Dikarenakan kewajiban moral dan norma pribadi tiap individu dapat memprediksi dan menjadi pemicu untuk individu tersebut terlibat dalam perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Menurut teori NAM, individu akan menunjukkan perilaku pro-lingkungan apabila ia memiliki tiga hal Steg dkk, 2017; Fang dkk, 2019. Pertama, norma pribadi personal norms. Norma pribadi ini mengacu pada perasaan kewajiban moral untuk melakukan perilaku tertentu yang terkait dengan perilaku pro-lingkungan. Kedua, kesadaran akan konsekuensi awareness of consequences. Dalam hal ini individu menyadari konsekuensi merugikan dari tindakannya terhadap orang lain atau lingkungannya. Ketiga, rasa tanggung jawab ascription of responsibility. Dalam hal ini, individu akan lebih termotivasi untuk menunjukkan perilaku pro-lingkungan apabila ia memiliki perasaan pribadi bahwa ia ikut bertanggung jawab atas konsekuensi negatif dari perilakunya. Ketiga kerangka dalam NAM tersebut telah dilakukan dalam beberapa riset yang sudah dilakukan oleh berbagai penelitian. Salah satu penelitiannya yaitu dengan mengkaji faktor – faktor atau determinan perilaku pro-lingkungan pada pegawai pemerintahan pusat dan daerah di wilayah Taiwan menggunakan tiga kerangka NAM tersebut Fang dkk, 2019. Hasil yang didapatkan yaitu pada pegawai lingkungan pemerintah pusat maupun daerah menunjukkan bahwa norma pribadi memiliki dampak besar dalam memprediksi lingkungan yang pro-lingkungan. Hal ini disebabkan oleh seberapa jauh masyarakat meraih pendidikan dan pengetahuan lebih akan kesadaran pro-lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di daerah Fang dkk, 2019. Kemudian dalam aspek tanggung jawab dan kesadaran akan konsekuensi menunjukkan bahwa pegawai pemerintah cenderung memiliki keberhasilan dalam penerepan dua aspek ini. Namun sebaliknya, pada pegawai pemerintahan daerah menunjukkan bahwa kedua aspek ini sangat lemah baik dalam mengarahkan masyarakat maupun penerapannya terhadap perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Oleh karena itu dilakukan serangkain penyuluhan rutin, seminar, workshop, dan roadshow. Dalam serangkaian kegiatan tersebut memuat hal – hal yang dapat membuat pegawai pemerintahan daerah memberikan dan membangun kesadaran lebih akan perilaku pro-lingkungan dengan kesadaran dari ketiga aspek NAM. Selain itu, bentuk penerapan yang akan dilakukan diharapkan dapat meluas dalam Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 113 penerapannya di kebijakan – kebijakan yang akan dibuat atas program pelatihan lingkungan dasar yang diadakan Fang dkk, 2019 Namun demikian, dalam kenyataannya, pemenuhan tiga syarat perilaku pro-lingkungan di atas tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan individu seringkali dihadapkan pada konflik keputusan antara mementingkan kepentingan bersama pro-lingkungan atau kepentingan pribadinya merusak lingkungan Steg dkk, 2017. Konflik keputusan yang dihadapi individu tersebut disebabkan oleh adanya self-serving denial. Self-serving denial adalah penolakan terhadap kewajiban moral untuk berperilaku pro-lingkungan dalam rangka menjustifikasi perilaku merusak lingkungan yang dimunculkan. Self-serving denial dapat muncul dalam empat bentuk yang dapat menjelaskan bagaimana individu melakukan penyangkalan atau penolakan terhadap perilaku pro-lingkungan Steg dkk, 2017. Diantaranya yaitu 1. Individu cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena kurang jelasnya pembahasan dari beberapa permasalahan lingkungan. Kemudian orang – orang akan mencoba selektif terhadap berbagai penelitian maupun perdebatan dari para ahli terkait permasalahan tersebut yang memihak dirinya kepentingan dirinya sendiri untuk tidak pro lingkungan daripada kepentingan bersama pro-lingkungan 2. Seseorang cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena memiliki pemikiran terhadap permasalahan lingkungan bahwa kontribusi dari dirinya tidak akan terlalu memberikan kontribusi lebih. Kemudian menyalahkan pihak ketiga yaitu kebijakan – kebijakan pemerintah, aktivitas industri dan lain sebagainya. 3. Individu cenderung bisa untuk melakukan peminimalisiran perilaku pro-lingkungan. Namun, individu memiliki beberapa argumen dimana fasilitas – fasilitas yang menunjang perilaku tersebut tidak memenuhi. Contohnya dapat dilihat dari percobaan untuk mengurangi polusi udara namun fasilitas yang disediakan kurang sesuai dengan konsumsi atau keinginan individu yakni transportasi umum. 4. Individu cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena memiliki pemikiran bahwa hal yang akan ia lakukan tidak akan efektif. Pemikiran tersebut bisa bermuara pada pemikiran yang mengasumsikan bahwa masalah lingkungan merupakan masalah bersama commons dilemmas, apalagi kalau masalah yang dikaitkan dalam skala besar. Teori NAM diklaim tepat untuk digunakan dalam menjelaskan perilaku lingkungan yang terkait dengan biaya perilaku yang relatif rendah dalam hal uang, waktu, atau usaha, seperti perilaku daur ulang Steg dkk, 2017. Di sisi lain, teori ini kurang kuat dalam menjelaskan perilaku lingkungan yang lebih mahal dalam hal upaya, uang atau waktu, seperti mengurangi penggunaan mobil pribadi. Berdasarkan pemaparan di atas, teori NAM sangat tepat digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis perilaku masyarakat dalam membuang sampah di aliran sungai. 3. Metode Review Literatur Literature Review Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode review literatur literature review. Review literatur adalah sebuah cara untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga menghasilkan kesimpulan tertentu Snyder, 2019. Melalui review literatur, diharapkan dapat dihasilkan jawaban atas suatu pertanyaan penelitian yang tidak didapatkan melalui metode lain. Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 114 Sumber-sumber literatur yang digunakan dalam penulisan artikel ini ada dua jenis. Pertama, sumber-sumber literatur yang memuat pembahasan mengenai teori Model Aktivasi Norma. Kedua, sumber-sumber literatur yang memuat pembahasan mengenai metode intervensi untuk mengatasi persoalan perilaku lingkungan. Kedua jenis sumber literatur tersebut digunakan untuk membahas permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai yang menjadi fokus pembahasan tulisan 4. Hasil dan Pembahasan Faktor Penyebab Sungai adalah salah satu elemen penting lingkungan dalam kehidupan manusia. Bahkan di banyak wilayah, khususnya di pedesaan, sungai sering diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan masyarakatnya Yenrizal, 2016; Erliyani dkk, 2010. Dari situlah alasan mereka mendiami daerah sekitar sungai dan di situlah mereka bersandar. Di dalam sungai sendiri terdapat banyak sekali ekosistem baik hewan maupun tumbuhan di dalamnya. Banyak di antara masyarakat yang hidup di dekat aliran sungai memanfaatkan keberadaan sungai sebagai jalur transportasi dari desa ke desa lain, mengairi sawah, mandi, pengatur suhu tanah di sekitar aliran sungai, sumber air minum, dan sebagainya Yenrizal, 2016. Perilaku membuang sampah di aliran sungai, dalam kacamata teori NAM, dapat dianalisis berdasarkan 3 aspek penting yang menjadi faktor munculnya perilaku pro-lingkungan. Ketiga aspek tersebut adalah norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab. Berikut adalah penjelasan analitis dari masing-masing aspek tersebut. Pertama adalah dari aspek norma pribadi. Individu cenderung tidak melihat aspek penting ini, dimana seharusnya ia memiliki perasaan akan kewajiban moral atas keberlangsungan lingkungan di sekitarnya yang dapat mendorong dirinya untuk berperilaku pro-lingkungan. Dan dalam konteks pembahasan, beberapa individu tidak melihat nilai – nilai positif atau negatif atas tindakan membuang sampah di aliran sungai. Ia mungkin melihat nilai positif atas tindakannya terhadap dirinya yang mana memudahkan ia untuk membuang sampah dengan mudah dan lingkungan disekitarnya akan menjadi bersih dan sehat. Namun, individu tersebut tidak melihat nilai positif jika ia membuang sampah pada tempatnya dan nilai negatif atas tindakannya membuang sampah di aliran sungai untuk keberlangsungan hidup lingkungan di masa depan. Kedua adalah dari aspek kesadaran akan konsekuensi. Apabila individu merasakan aspek kedua ini, maka ia akan merasakan dan menyadari akan konsekuensi berkelanjutan atas tindakan yang telah ia lakukan membuang sampah di aliran sungai yang berdampak pada dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Diantaranya yaitu pencemaran air bersih, perusakan ekosistem laut, polusi, peluapan air, air yang tercemar menimbulkan berbagai penyakit, dan lain sebagainya. Ketiga adalah dari aspek rasa tanggung jawab. Aspek terakhir ini dapat terwujud apabila individu memiliki kesadaran akan tanggung jawab untuk berperilaku pro-lingkungan bukan hanya dari sudut pandang “semua ini tanggung jawab bersama” namun juga memiliki pemikiran bahwa “perilaku pro-lingkungan dapat dimulai dari diri sendiri, dan kontribusi yang dilakukan memberikan dampak lebih bukan hanya sedikit pada lingkungannya”. Hal ini ditujukan agar tiap individu memiliki rasa kepercayaan diri atas tanggung jawab yang ia dapat untuk selalu berperilaku pro-lingkungan dan tidak menyepelekan tanggung jawabnya dan tidak bersikap tak acuh terhadap perilaku ini. Selain melihat dari ketiga aspek faktor dari Model Aktivasi Norma, kita juga dapat melengkapi pemahaman mengenai perilaku membuang sampah di aliran sungi dengan menggunakan tiga faktor Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 115 psiko-ekonomis biaya, waktu, dan usaha. Ketiga faktor psiko-ekonomis ini turut berperan dalam memunculkan norma pribadi individu untuk berperilaku pro-lingkungan, yang dalam hal ini adalah untuk tidak membuang sampah di aliran sungai. Pertama adalah aspek biaya. Dari segi biaya, membuang sampah di sungai tentu lebih murah, bahkan gratis, apabila dibandingkan dengan mengelolanya melalui manajemen sampah atau daur ulang. Yang kedua adalah aspek waktu. Dalam proses pembuangan sampah, membuang sampah di aliran sungai terasa lebih efektif bagi individu daripada harus membuang pada tempat khusus atau mengelolanya. Hal ini dikarenakan tidak semua wilayah di dekat aliran sungai memiliki tempat pembuangan sampah yang relatif dekat. Bahkan sebaliknya, sungai justru menjadi salah satu elemen penting kehidupan masyarakat, termasuk sebagai tempat pembuangan sampah, karena jaraknya relatif dekat dengan mereka. Hal ini terutama banyak terjadi di daerah pedesaan. Berdasarkan data dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes-PDT, minim sekali tempat pembuangan sampah TPS di daerah pedesaan Rahadian, 2015. Dari data potensi desa PoDes, ada lebih dari 88 persen desa yang tidak memiliki TPS. Hal inilah salah satu pemicu atau penyebab terjadinya perilaku pembuangan sampah di aliran sungai. Aspek yang ketiga ialah usaha atau tenaga. Usaha atau tenaga individu dalam proses pembuangan sampah ke TPS, apalagi melakukan daur ulang, cukup jauh dan lebih menguras tenaga untuk mencapainya. Hal inilah yang membuat individu cenderung memilih membuang sampah di aliran sungai yang mana tidak perlu mengeluarkan usaha besar. Mendorong Perilaku Nyampah yang Pro-Lingkungan Solusi yang dapat diajukan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai adalah dengan menggunakan dua strategi, yaitu penegakan hukum legal measures dan penyediaan layanan yang berkualitas availability of quality service Steg dkk, 2017. Yang pertama adalah adanya penegakan hukum legal measures. Dalam hal ini sistem penegakan hukum terkait pelanggaran terhadap kelestarian lingkungan harus ditegakkan sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi. Sistem penegakan hukum ini tentunya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat dalam perumusan dan penerapannya. Dengan demikian, masyarakat diharapkan menjadi lebih tertib dan menaati aturan terkait perlakuan terhadap sampah agar tidak membuangnya di aliran sungai. Lambat laun pun akan muncul perilaku pro-lingkungan sedikit demi sedikit dan perilaku membuang sampah pada aliran sungai mulai berkurang karena permasalahan ini diatur oleh hukum dan didukung oleh pemerintah setempat. Yang kedua ialah penyediaan layanan yang berkualitas. Dalam hal ini pemerintah setempat, atau bahkan lebih spesifik pemerintah di tingkat desa/kelurahan, dapat membuat program pengelolaan sampah secara terpadu. Salah satunya adalah dengan membuat program pemilahan sampah. Program ini dilakukan dengan menyediakan tiga jenis tempat sampah untuk pemilahan sampah di setiap rumah. Hal ini bertujuan untuk mendidik masyarakat membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Selain itu, penyediaan tiga jenis tempat sampah juga diharapkan dapat mendidik masyarakat untuk dapat mengelola sampah sesuai dengan jenis sampah rumah tangga mereka. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu membuang sampah ke aliran sungai. Penerapan kedua solusi di atas, baik penegakan hukum maupun penyediaan layanan yang berkualitas, perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 116 masyarakat. Selain itu, persepsi, kesadaran, motivasi, dan norma pribadi masyarakat terhadap perilaku pro-lingkungan terkait sampah dengan kedua solusi tersebut dapat terbangun sesuai dengan yang diharapkan Aisyah, 2014. Rujukan Aisyah, U. 2014. Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep. Skripsi. Universitas Jember. Ayuningtias, A. 2019. Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Fatwa MUI No. 47 Tahun 2014. Disertasi. UIN Sunan Ampel Surabaya. Rahadian, L. 2015. Tempat Pembuangan Sampah Di Desa Hanya 11 Persen. CNN Erliyani, R., Zulaeha, M., & Sihite, D. 2010. Pengetahuan Masyarakat Pinggiran Sungai tentang Perda Nomor4 Tahun 2000 dan Perda Nomor 19 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Kebersihan Terhadap Prilaku Membuang Sampah ke Sungai. Jurnal Cita Hukum, 22, 285-303. Fang, Chiang, Ng, E., & Lo, 2019. Using the Norm Activation Model to Predict the Pro-Environmental Behaviors of Public Servants at the Central and Local Governments in Taiwan. Sustainability, 1113. Kollmuss, A., & Agyeman, J. 2002. Mind The Gap Why Do People Act Environmentally and What Are The Barriers to Pro-Environmental Behavior?. Environmental Education Research, 83, 239-260. Homburg, A., & Stolberg, A. 2006. Explaining pro-environmental behavior with a cognitive theory of stress. Journal of Environmental Psychology, 261, 1-14. Krajhanzl, J. 2010. Environmental and pro environmental behavior. School and Health, 211, 251-274 Kusminah, I. L. 2018. Penyuluhan 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten Gresik. JPM17 Jurnal Pengabdian Masyarakat, 31. Muzaidi, I., Anggarini, E., & Prayuga, H. M. R. 2018. Studi Kasus Permasalahan Sungai Teluk Dalam, Banjarmasin. Media Teknik Sipil, 162, 108-114. Onwezen, M. C., Antonides, G., & Bartels, J. 2013. The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental Behaviour. Journal of Economic Psychology, 39, 141–153. Sasongko, L. A. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk Di Sekitar Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang Serta Upaya Penanganannya Studi Kasus Kelurahan Sampangan dan Bendan Ngisor Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Snyder, H. 2019. Literature Review as A Research Methodology An Overview and Guidelines. Journal of Business Research, 104, 333–339. Steg, L., Keizer, K., Buunk, A. P., & Rothengatter, T. Eds.. 2017. Applied Social Psychology. Cambridge University Press. Yenrizal, Y. 2016. Sungai Dalam Pemaknaan Masyarakat Pedesaan, Studi Etnoekologi Komunitas Pada Masyarakat Desa Karanganyar, Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Nizham. ... Faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model yaitu kurangnya kesadaran norma pribadi, kesadaran konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasinya dapat digunakan yaitu pertama adanya penegakan hukum legal measures, kedua penyediaan layanan yang berkualitas [9]. ...NonistantiaSecara astronomi, Kota Bekasi terletak antara 106o48’28’’–107o27’29’’ Bujur Timur dan 6o10’6’’–6o30’6’’ Lintang Selatan, dan memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km2 dengan batas-batas wilayah administrasi terdiri atas DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor. Dalam buku Kota Bekasi dalam angka Tahun 2018, jumlah penduduk sebesar jiwa, hal ini menunjukkan peningkatan 2,45 % dari tahun 2017. Ancaman yang berpeluang yakni lingkungan yang tidak sehat, tersumbatnya drainase kota dan aliran sungai yang memberikan dampak fatal yaitu banjir. Tujuan yang ingin dicapai yaitu menata sistem penanganan sampah sehingga mengurangi resiko banjir. Metode yang digunakan adalah merancang sistem bank sampah dan kegiatan pengangkutan sampah dan sedimen saluran kegiatan pematusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pematusan sepanjang 796 m per-hari atau km per-bulan perlu dilakukan oleh dinas teknis DBMSDA Kota Bekasi. Disimpulkan bahwa perancangan model penanganan sampah-sedimen secara sinergi baik masyarakat dari RT-RW yang berkoordinasi dengan dinas terkait dalam sistem pemerintahan Kota Bekasi, mampu mengurangi terjadinya resiko banjirNurul AvifahMuhimmatul HasanahManusia memiliki ikatan dengan suatu tempat yang disebut dengan place attachment. Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran place attachment pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di ekspresikan melalui perasaan dan tindakan yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian yaitu masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di pilih melalui purposive sampling sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sehingga di dapatkan sebanyak 5 subjek penelitian. Pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi. Kredibilitas data yang digunakan menggunakan triangulasi sumber dengan membanding data wawancara subjek dengan wawancara dengan significant other. Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa terlihat adanya gambaran place attachment pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di tunjukkan melalui perasaan dan tindakan yang dilakukan subjek. Place attachment yang terjadi pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri berupa emosi positif dan negatif yang dirasakan selama tinggal di daerah Makam Sunan Giri dan tindakan untuk menjaga daerah Makam Sunan Giri Hannah SnyderKnowledge production within the field of business research is accelerating at a tremendous speed while at the same time remaining fragmented and interdisciplinary. This makes it hard to keep up with state-of-the-art and to be at the forefront of research, as well as to assess the collective evidence in a particular area of business research. This is why the literature review as a research method is more relevant than ever. Traditional literature reviews often lack thoroughness and rigor and are conducted ad hoc, rather than following a specific methodology. Therefore, questions can be raised about the quality and trustworthiness of these types of reviews. This paper discusses literature review as a methodology for conducting research and offers an overview of different types of reviews, as well as some guidelines to how to both conduct and evaluate a literature review paper. It also discusses common pitfalls and how to get literature reviews understanding of the environmental value-action gap between public servants at the central and local governments is essential for the effective implementation of environmental policies, which is limited in the extant literature. This study has adopted the norm activation model to explore the pro-environmental behaviors of public servants at the central and local governments in Taiwan. A total of 7567 valid questionnaires were collected, and significant differences were evident between public servants at the central n = 3400 and local n = 4167 governments in personal norms, awareness of consequences, ascription of responsibility, and pro-environmental behaviors. Findings revealed that personal norms were the key factors predicting pro-environmental behaviors of public servants at both the central and local governments. Results also indicated that the awareness of consequences by public servants at the central government had a direct effect on their pro-environmental behaviors, which in turn had a significant effect on their ascription of responsibility. In contrast, awareness of consequences by public servants at the local government had no significant direct effect on their pro-environmental behaviors and had only a weak positive effect on their ascription of responsibility. Jan KrajhanzlOne of important areas of interest in psychology is the so-called envi-ronmental or pro-environmental behaviour. The author offers a concept that may faci-litate orientation in the many factors that affect our environmental behaviour. He pre-sents a methodological procedure that support environmentally friendly behaviour in practice. He lists fi ve characteristics of personal relationship with nature and explains how important it is to clearly distinguish between them in both professional theory and practice. The author also emphasizes the importance of people forming a personal re-lationship with nature. In this respect, study of individual personal understanding of general terms of environmental education and the building of a common understanding seem of paramount importance. Keywords environmental behavior, proenvironmental behavior, environmentally friendly behavior, areas of environmental behavior, characteristics of the relationship to nature, the need for contact with nature, abilities for contact with nature, environmental sensitivity, general attitude to nature, environmental concernNumerous theoretical frameworks have been developed to explain the gap between the possession of environmental knowledge and environmental awareness, and displaying pro-environmental behavior. Although many hundreds of studies have been undertaken, no definitive explanation has yet been found. Our article describes a few of the most influential and commonly used analytical frameworks early US linear progression models; altruism, empathy and prosocial behavior models; and finally, sociological models. All of the models we discuss and many of the ones we do not such as economic models, psychological models that look at behavior in general, social marketing models and that have become known as deliberative and inclusionary processes or procedures DIPS have some validity in certain circumstances. This indicates that the question of what shapes pro-environmental behavior is such a complex one that it cannot be visualized through one single framework or diagram. We then analyze the factors that have been found to have some influence, positive or negative, on pro-environmental behavior such as demographic factors, external factors institutional, economic, social and cultural and internal factors motivation, pro-environmental knowledge, awareness, values, attitudes, emotion, locus of control, responsibilities and priorities. Although we point out that developing a model that tries to incorporate all factors might neither be feasible nor useful, we feel that it can help illuminate this complex field. Accordingly, we propose our own model based on the work of Fliegenschnee and Schelakovsky 1998 who were influenced by Fietkau and Kessel 1981.Based on cognitive stress theory we present a model that aims at explaining individual pro-environmental behavior environmental stressors pollution in domestic and work contexts, mediated via appraisal processes demand appraisal, self-efficacy, activate problem-focused coping. This in turn leads to pro-environmental behavior in various behavioral domains social engagement, private-sphere and workplace. Structural equation models were used to test the proposed model. Questionnaire data from Studies 1 and 2 suggest that the theory offers a good explanation of pro-environmental behavior. However, self-efficacy beliefs did not predict problem-focused coping or pro-environmental behavior. In a modified model, we hypothesized that with environmental problems as stressors, it would be collective rather than individual efficacy that determines coping attempts and pro-environmental behavior. Studies 3 and 4 found support for this modified model. Taken together the four studies lent support to our basic idea that appraisal processes activate problem-focused coping, which in turn leads to pro-environmental Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir KecamatanU AisyahAisyah, U. 2014. Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep. Skripsi. Universitas Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 TahunA AyuningtiasAyuningtias, A. 2019. Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Fatwa MUI No. 47 Tahun 2014. Disertasi. UIN Sunan Ampel 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten GresikI L KusminahKusminah, I. L. 2018. Penyuluhan 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten Gresik. JPM17 Jurnal Pengabdian Masyarakat, 31.The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental BehaviourM C OnwezenG AntonidesJ BartelsOnwezen, M. C., Antonides, G., & Bartels, J. 2013. The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental Behaviour. Journal of Economic Psychology, 39, 141-153. Dalam Pemaknaan Masyarakat PedesaanY YenrizalYenrizal, Y. 2016. Sungai Dalam Pemaknaan Masyarakat Pedesaan, Studi Etnoekologi Komunitas Pada Masyarakat Desa Karanganyar, Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Nizham. LAPORAN CARA PENGOLAHAN SAMPAH PADAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP Sebagai Syarat Tugas Mata Kuliah Studium General Oleh Muhammad Arief Bachri NIM 117090008 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS SAINS INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM 2013 / 2014 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Faktor penyebab rusaknya lingkungan hidup yang hingga saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah. Sampah-sampah tersebut diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja disuatu tempat yang sudah disediakan tanpa ditindak lebih lanjut lagi. Hal tersebut tentunya akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi bibit penyakin dikemudian hari. Dalam beberapa laporan, terungkap jumlah sampah padat di kota-kota dunia akan terus naik sebesar 70% tahun ini hingga tahun 2025, dari 1,3 miliar ton pertahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Mayoritas kenaikan terjadi di kota-kota di negara berkembang. Di Indonesia, data Bank Dunia menyebutkan, produksi sampah padat secara nasional mencapai ton per harinya. Sampah selalu menjadi masalah bagi pemerintah, bahkan diperkirakan sampah setiap harinya di Indonesia ini mencapai 200 ribu ton. Sayangnya tingginya volume sampah itu belum tertangani secara baik oleh pemerintah karena berbagai keterbatasan. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan bila tidak dikelola dengan baik, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran dari masyarakatnya sendiri untuk mengelolanya. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini adalah 1. Pengertian pencemaran sampah yang termasuk pencemaran? 2. Apa saja sumber-sumber dan jenis-jenis sampah? 3. Apa saja jenis-jenis sampah? 4. Bagaimana cara pengolahan sampah yang padat? 5. Apa pengaruh pada pengolahan sampah terhadap lingkungan hidup? Tujuan Tujuan umum dari makalah ini adalah mampu menjelaskan cara pengolahan sampah yang baik dan tepat serta memberikan solusi bagi penanganan masalah sampah. Sedangkan, tujuan khusus dari makalah ini adalah 1. Menjelaskan definisi sampah, sumber dan pembagian jenis sampahnya. 2. Menjelaskan cara pengolahan sampah pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan. 3. Menjelaskan dampak sampah bagi lingkungan hidup. BAB II PEMBAHASAN Definisi Sampah Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan, yang salah satu contohnya adalah sampah. Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya Chandra, 2012. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah padat adalah benda atau barang yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di lingkungan Hasyim, 2010. Ilmu lingkungan biasanya membahas tentang pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan. Karena kegiatan manusia, pencemaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, namun yang dapat kita lakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan. Prinsip sampah menurut Notoatmodjo 2011 adalah 1. Adanya sesuatu benda atau benda padat 2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia. 3. Benda atau bahan tersebut tidak digunakan kembali. Sumber-Sumber Sampah Menurut Hasyim 2010, Adapun beberapa sumber sampah antara lain  Sampah yang berasal dari daerah pemukiman domestic wastes.  Sampah yang berasal dari perdagangan commercial wastes.  Sampah yang berasal dari jalan raya street sweeping.  Sampah yang berasal dari industri industrial wastes.  Sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan agricultural wastes.  Sampah yang berasal dari daerah pertambangan.  Sampah yang berasal dari gedung-gedung atau perkantoran institutional wastes.  Sampah yang berasal dari daerah penghancuran gedng-gedung dan pembangunan/pemugaran.  Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum, pendidikan.  Sampah yang berasal dari daerah kehutanan.  Sampah yang berasal dari pusat-pusat pengolahan air buangan.  Sampah yang berasal dari daerah peternakan dan perikanan. Jenis-Jenis Sampah Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori, diantaranya adalah 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya.  Organik – dapat diurai degradable Merupakan sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, daun, sayur dan buah. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.  Anorganik – tidak terurai undegradable Merupakan sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol, kaleng, kayu, logam, pecah belah, abu, dll. 2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.  Mudah terbakar misalnya kertas plastik, daun kering dan kayu.  Tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dll. 3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.  Mudahnya membusuk misalnya sisa makanan, potongan daging, dsb.  Sulit membusuk misalnya plastik, karet, kaleng, dsb. 4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah Chandra, 2012.  Garbage,  Rubbish,  Ashes,  Street sweeping,  Dead animal,  Household refuse,  Abondoned vehicle,  Demolision waste,  Sampah industri,  Santage solid dan  Sampah khusus. Bagaimana Cara Pengolahan Sampah Padat Pengolahan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Pemilihan Sampah Pemilihan sampah dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah sesuai dengan jenis sampahnya. Hal ini telah dilakukan dibeberapa kawasan umum yang telah menyediakan sarana pemilihan dan pewadahan sampah seperti dikawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya. Perlu adanya dukungan dari pemerintah kabupaten/kota. Sarana pemilahan dan pewadahan sampah harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan, bentuk atau warna wadah, dan menggunakan wadah yang tertutup. Pengumpulan Sampah Pada tahap pengumpulan sampah, sampah tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan pemilihan dan pewadahan. Jenis sarana yang digunakan untuk melakukan pengumpulan sampah dapat berupa motor sampah, gerobak sampah atau sepeda sampah. Tiap kawasan umum harus menyediakan Tempat Pengumpulan Sampah TPS dan alat pengumpul untuk sampah terpilah. Kriteria TPS adalah  Luas TPS sampai dengan 200 m2  Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 lima jenis sampah  Jenis pembangunan penampungan sampah bersifat sementara  Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan  Lokasinya mudah diakses  Tidak mencemari lingkungan  Penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas  Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah dari TPS tidak boleh tercampur/dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan pewadahan. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun, pengangkutannya harus mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan pengangkutan sampah adalah sebagai berikut  Memaksimalkan kapasitas kendaraan angkut yang digunakan  Menggunakan rute pengangkutan sependek mungkin dengan hambatan sekecil mungkin  Frekuensi pengangkutan dari TPS dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada  Ritasi dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas pengangkutan Sarana pengangkutan sampah dapat berupa dump truck/tipper truck, armroll truck, compactor truck, street weeper vehicle dan trailer. Pengangkutan sampah dari TPS dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan menyediakan alat angkut sampah, termasuk untuk sampah yang terpilah yang tidak mencemari lingkungan. Pengolahan Sampah Kegiatan pada tahap ini yaitu dilakukan pemadatan, pengomposan, daur ulang materi dan mengubah sampah menjadi sumber energi dengan mempertimbangkan karakteristik sampah, teknologi pengolahan yang ramah lingkungan, keselamatan kerja dan kondisi sosial masyarakat. Pada pengolahan sampah ini, biasanya dilakukan oleh seluruh pelaku, termasuk pengelola kawasan umum dan pemerintah kabupaten/kota dengan menyediakan TPS/TPA sebagai sarana fasilitas pengolahan sampah. Pengaruh Pengolahan Sampah pada Lingkungan Hidup Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap lingkungan hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan menimbulkan beberapa dampak negatif dan bencana seperti  Dampak Terhadap Kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai pembuangan sampah yang tidak terkontrol merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.  Rusaknya Lingkungan Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.  Terjadinya Banjir Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat akibat hujan besar dan peluapan air sungai. Sampah yang dibuang ke dalam got/saluran air yang menyebabakan manpat adalah faktor utama yang belum disentuh, berton-ton sampah masuk aliran sungai dan memampatkan aliran dan menyebabkan polusi sampah di muara pantai,sungai dan danau. Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh sebagian golongan sangat berhubungan dengan sebab-akibat. Dimana sampah mengakibatkan banjir dan banjir mengakibatkan sampah. bukan semata masalah perilaku, namun lebih dalam dari itu adalah masalah kesejahteraan. Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang bertempat tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak mempunyai tempat pembuangan sampah resmi yang dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan juga dengan kebiasaan warga/penduduk yang tidak mempunyai kesadaran artinya polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya masyarakat yang kurang pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan cara mengatasi.  Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi Dampak dyang apat ditimbulkan sampah terhadap keadaan sosial ekonomi adalah 1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. 2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. 3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung untuk mengobati orang sakit dan pembiayaan secara tidak langsung tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas. 4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. 5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. BAB III PENUTUP Kesimpulan Sampah adalah suatu masalah yang masih belum bisa teratasi terutama di Indonesia, sampah memiliki berbagai dampak yang sangat berpengaruh dalam berbagai aspek khususnya lingkungan dan makhluk hidup disekitarnya. Namun jika sampah dapat dimanfaatkan dengan baik, maka akan mengurangi efek sampah bagi lingkungan dan makhluk hidup. Dalam beberapa referensi didapat bahwa sampah dibedakan menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki karakteristik dan klasifikasi yang berbeda. Tentunya sampah dibutuhkan pengelolaan sampah yang baik dan tepat agar dapat meminimalisir masalah sampah. Adapun beberapa tahap dalam pengolahan sampah dimulai dari pengumpulan, penganguktan dan pemusnahan. Saran Adapun saran yang dapat diberikan  Untuk mengurangi/meminimalisir produksi sampah maka dapat dilakukan 3R reuse, reduce dan recycle  Kelolaan sampah dengan tepat dan baik sehingga dapat mengurangi dampak dari sampah itu sendiri baik dari proses pemilihan pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan dan pemusnahan  Sampah dapat kita atasi apabila kita sebagai individu dapat memiliki kesadaran dan motivasi untuk lebih memperhatikan/peduli pada lingkungan, mulailah dari diri sendiri DAFTAR PUSTAKA Agung Suprihatin, S. Pd; Ir. Dwi Prihanto; Dr. Michel Gelbert. 1996. Pengelolaan Sampah. Malang PPPGT / VEDC Malang. Agus, R. N., Oktaviyanthi, R., & Sholahudin, U. 2019. 3R Suatu Alternatif Pengolahan Sampah Rumah Tangga. Kaibon Abhinaya Jurnal Pengabdian Masyarakat, 12, 72. Agustiningsih, D., Sasongko, S. B., & Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi, 92, 64-71–71. BPS. 2019. Kecamatan Matan Hilir Selatan Dalam Angka 2019 M. . Munawir, SE ed.. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ketapang. Hasibuan, R. 2016. Analisis Dampak Limbah/Sampah Rumah Tangga Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup. Advokasi, 0401, 42–52. Listia Rahmania, A. R. 2016. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Persamaan Linier Satu Variabel. JMPM Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 12, 165. Marliani, N. 2014. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Sampah Anorganik Sebagai Bentuk Implementasi. Formatif, 42, 124–132. Mujahidah, Mappiratu, & Sikanna, R. 2013. Kajian Teknologi Produksi Biogas Dari Sampah Basah Rumah Tangga. Journal of Natural Science, 21, 25–34. Norival, A. 2018. Perilaku Masyarakat di Bagian Tengah Batang Ino terhadap Sampah di Nagari Salimpaung Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Buana, 21, 262. Nugraha, A., Sutjahjo, S. H., & Amin, A. A. 2018. Analisis Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Jakarta Selatan. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Journal of Natural Resources and Environmental Management, 81, 7–14. Penny, L., H. Untung, B., Rizmi, Y., & Daniel, I. 2012. Kajian Perilaku Masyarakat Membuang Sampah di Bantaran Sungai Martapura Terhadap Lingkungan Perairan. EnviroScienteae, 83, 117–126. Putra, A. S. 2014. Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi Ruas Sungai Pulau Kemaro Sampai Dengan Muara Sungai Komering. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 23, 603–609. Putra, H. P., Taufiq, A. R., & Juliani, A. 2013. Studi Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Keluarga terhadap Sikap dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan, 52, 91–101. Putra, T. P., Adyatma, S., & Normelani, E. 2016. Analisis Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Martapura Dalam Aktivitas Membuang Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat. Jurnal Pendidikan Geografi, 36, 23–35. Ririn Setyowati, S. A. M. 2013. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Kesmas National Public Health Journal, 712, 562. Riswan, Sunoko, H. R., & Hadiyanto, A. 2011. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KECAMATAN DAHA SELATAN. Jurnal Ilmu Lingkungan, 91, 31–39. Sahwan, F., Wahyono, S., & Suryanto, F. 2016. Kualitas Kompos Sampah Rumah Tangga Yang Dibuat Dengan Menggunakan ”Komposter” Aerobik. Jurnal Teknologi Lingkungan, 123, 233. Sari, P. N. 2016. ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH PADAT DI KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM. Kesehatan Masyarakat Andalas, 102, 157–165. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta. Sugiyono. 2017. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta. Sulistyowati, R., & Wibowo, D. A. 2012. RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM Pleourotus ostreatus AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DAN LAMA PENGOMPOSAN JERAMI SEBAGAI MEDIA TANAM. JURNAL ILMU LINGKUNGAN, 102, 70–75. Susanti, E. Y., Adhi, S., & Manar, D. G. 2014. Analisis Faktor Penghambat Penerapan Kebijakan Sanitary Landfill di TPA Jatibarang Semarang Sesuai Dengan Undang-Undang Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Diponegoro Journal of Social and Political Science, 10, 1–10. Usman, S. 2016. STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 53, 349–359. Widiarti, I. W. 2012. Pengelolaan Sampah Berbasis “Zero Waste” Skala Rumah Tangga Secara Mandiri. Jurnal Sains &Teknologi Lingkungan, 42, 101–113. Widodo, S. A. 2013. Analisis Kesalahan Dalam Pemecahan Masalah Divergensi Tipe Membuktikan Pada Mahasiswa Matematika. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 462, 106–113. [email protected] Yudhistirani, S. A., Syaufina, L., & Mulatsih, S. 2015. Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui Pemilahan Sampah Organik Dan Anorganik Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga. Jurnal Konversi, 42, 29–42. Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. 2018. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Prosedur Polya. Jurnal Tadris Matematika, 12, 137–144. Penelitian Tentang Sampah Kualitatif Kuantitatif Penelitian Relevan Terdahulu Proposal Penelitian Skripsi Tesis Disertasi Jurnal Ilmiah Hasil Penelitian Di bawah ini adalah sejumlah Penelitian Tentang Sampah yang diambil dari beberapa kampus di Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan berbagai macam metode dan pendekatan penelitian, sehingga untuk kamu yang sedang mencari informasi tentang penelitian dengan tema serupa punya banyak pandangan. Kumpulan Penelitian Tentang Sampah, sangat bermanfaat sebagai sumber penulisan “penelitian relevan” atau penelitian terdahulu yang ada dalam proposal penelitian, agar penelitian yang akan dilakukan dapat menemukan hasil penelitian terbaru. Analisis Potensi Nilai Ekonomi Sampah Perumahan Kota Pontianak Dalam abstraksi terdapat informasi ini Pengelolaan sampah di Kota Pontianak masih menerapkan paradigma lama dimana sistem yang dilakukan adalah pengangkutan, pengumpulan, dan pembuangan di Tempat Pemrosesan Akhir TPA. Penerapan paradigma lama tersebut membuat penanganan sampah yang dilakukan kurang efisien. Sampah yang diangkut, dikumpulkan dan dibuang di TPA masih memiliki nilai ekonomi. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis timbulan dan komposisi sampah Perumahan di Kota Pontianak serta menganalisis potensi dan nilai ekonomi sampah Perumahan di Kota Pontianak. Sampling timbulan dan komposisi sampah dilakukan selama 8 delapan hari berturut-turut sesuai dengan SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Hasil berat sampah dari tiap komposisi sampah kemudian dikonversi dengan nilai ekonomi sampah yang ditentukan oleh Bank Sampah Rosella Kota Pontianak dan sampah organik yang diolah menjadi kompos didasarkan pada nilai harga kompos yang ada di Jalan Sei Landak Timur Perumnas 4 Kota Pontianak. Total timbulan sampah Perumahan Kota Pontianak sebesar 126895,82 kg/hari atau 126,89 ton/hari. Komposisi sampah Perumahan Kota Pontianak yang memiliki persentase sampah tertinggi yaitu sampah organik dengan jenis sampah organik lainnya dengan presentase sebesar 63,44% dan sampah anorganik tertinggi dengan jenis sampah anorganik lainnya dengan persentase sebesar 20,43%. Persentase sampah organik jenis sampah kardus 1,21%, koran 0,54%, kertas putih 0,81%, dan kertas kulit 3,12%. Persentase sampah anorganik jenis sampah botol 3,37%, gelas plastik 1,41%, kaleng 1,11%, botol dan plastik berwarna 2,25%. Persentase B3 sebesar 2,31%. Potensi nilai ekonomi sampah Perumahan Kota Pontianak sebesar Potensi nilai ekonomi sampah tahun 2016 sebesar Pengelolaan Sampah Berbasis “Zero Waste” Skala Rumah Tangga Secara Mandiri Dalam abstraksi terdapat informasi ini Pengelolaan secara zero waste merupakan pengelolaan dengan melakukan pemilahan, pengomposan dan pengumpulan barang layak jual. Pemilahan sampah dalam rumah tangga harus didukung fasilitas pewadahan berupa tong sampah yang memadai. Tong sampah yang harus disediakan dalam rumah cukup dibagi untuk 2 jenis sampah yaitu sampah organik basah dan sampah anorganik kering. Sampah yang telah terpilah menjadi sampah basah dan kering selanjutnya dilakukan pengelolaan yaitu pengomposan dan pengumpulan sampah layak jual. Pengomposan merupakan teknik untuk mengolah sampah organik yang berupa sampah sisa makanan, sisa potongan sayur dan buah atau sampah dapur dan sampah dari sapuan halaman rumah. Jika sampah organik rumah tangga dikelola secara mandiri on site dengan cara dikomposkan maka sampah anorganik harus dikelola dengan bantuan pihak ketiga off site. Pihak ketiga yang dapat mendukung pengelolaan sampah anorganik rumah tangga adalah para pelaku USAha daur ulang informal antara lain pemulung, tukang loak, pengrajin produk daur ulang khusus untuk sampah plastik kemasan berlapis aluminium foil serta ada alternatif baru yaitu menabung sampah di bank sampah. Perancangan Sistem Pemilahan, Pengeringan Dan Pembakaran Sampah Organik Rumah Tangga Dalam abstraksi terdapat informasi ini Perancangan sistem pemilahan, pengeringan dan pembakaran sampah organik rumah-tangga yang tepat dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Pemilahan sampah bertujuan memisahkan jenis sampah yang berpotensi menghasilkan emisi gas buang dan abu sisa pembakaran yang berpotensi mencemari lingkungan, seperti logam, plastik, baterai, kertas, bahan cat, ban bekas. Pengeringan sampah bertujuan untuk mengurangi volume sampah, menstabilkan, dan meningkatkan nilai-panas sampah. Variabel yang berpengaruh terhadap emisi gas buang hasil pembakaran sampah antara lain jenis sampah, nilai-panas sampah dan kelebihan udara untuk pembakaran. Tulisan ini menyajikan paparan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan dampak pemilahan sampah, pengeringan sampah, dan pembakaran sampah terhadap emisi gas buang. Hasil-hasil penelitian ini dijadikan sebagai dasar acuan dalam perancangan sistem. Perancangan Sistem Pemilahan, Pengeringan Dan Pembakaran Sampah Organik Rumah Tangga Dalam abstraksi terdapat informasi ini Perancangan sistem pemilahan, pengeringan dan pembakaran sampah organik rumah-tangga yang tepat dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Pemilahan sampah bertujuan memisahkan jenis sampah yang berpotensi menghasilkan emisi gas buang dan abu sisa pembakaran yang berpotensi mencemari lingkungan, seperti logam, plastik, baterai, kertas, bahan cat, ban bekas. Pengeringan sampah bertujuan untuk mengurangi volume sampah, menstabilkan, dan meningkatkan nilai-panas sampah. Variabel yang berpengaruh terhadap emisi gas buang hasil pembakaran sampah antara lain jenis sampah, nilai-panas sampah dan kelebihan udara untuk pembakaran. Tulisan ini menyajikan paparan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan dampak pemilahan sampah, pengeringan sampah, dan pembakaran sampah terhadap emisi gas buang. Hasil-hasil penelitian ini dijadikan sebagai dasar acuan dalam perancangan sistem. Karakteristik Peningkatan Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat melalui Bank Sampah Dalam abstraksi terdapat informasi ini Sampah menjadi persoalan kompleks di kota-kota besar di Indonesia, oleh karena itu diperlukan adanya penyelesaian yang komprehensif dan terintegrasi serta didukung oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu kota besar yang mengalami permasalahan mengenai pengelolaan sampah adalah Kota Semarang. Pengelolaan sampah yang optimal membutuhkan alternatif-alternatif. Salah satu alternatif yang diresmikan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam menangani masalah pengelolaan sampah yaitu pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program Bank sampah. Bank Sampah Sari Asri adalah kelompok sosial di Kota Semarang yang didirikan oleh masyarakat di Kelurahan Tandang dan didukung oleh yayasan ChildFund dan KOMPASS dengan tujuan untuk keberlanjutan lingkungan yang berfokus pada penanganan masalah pengelolaan sampah khususnya sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Bank Sampah Sari Asri merupakan salah satu terobosan untuk mengurangi dampak yang merugikan dalam pengelolaan sampah yang kurang optimal. Program Bank Sampah Sari Asri terbukti sebagai salah satu upaya peningkatan pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kelurahan Tandang. Karena didalam program bank sampah mengandung unsur konsep 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle yang mampu mengurangi volume sampah. Namun dalam pelaksanaannya, masih terdapat masyarakat yang tidak memahami dan melaksanakan program-program yang dicanangkan oleh Bank Sampah Sari Asri. Sistem Perancangan Tempat Sampah Logam dan Non Logam dengan menggunakan Aplikasi Inventor Dalam abstraksi terdapat informasi ini Sampah masih menjadi masalah umum yang sering dihadapi dalam lingkungan masyarakat. Di Indonesia sendiri masalah sampah masih menjadi fokus pemerintah untuk dapat dikelola dan ditangani dengan baik. Persoalan sampah yang sering muncul yaitu kebiasaan masyarakat yang masih banyak membuang sampah tidak pada tempatnya, serta pengelolaan sampah yang belum maksimal. Sehingga membuat sampah-sampah yang ada menjadi berserakan di beberapa tempat, menimbulkan bau yang sangat menyengat, bahkan menjadi pemicu terjadi nya bencana banjir. Pada penelitian ini telah dirancang sebuah tempat sampah pintar yang dapat mengukur tinggi sampah, memilah sampah logam dan logam, serta dapat memantau tinggi sampah dan memberikan notifikasi kepada petugas sampah ketika tempat sampah sudah penuh melalui aplikasi android. Pada perancangan ini, sensor ultrasonik digunakan untuk mengukur tinggi sampah. Sedangkan untuk pemilahan sampah logam dan non logam menggunakan sensor infrared dan proximity. Sistem saling bekerja melalui jaringan internet menggunakan mikrokontroler NodeMcu untuk menghubungkan antara rancangan tempat sampah dengan aplikasi android yang dibuat menggunakan MIT App Inventor. Berdasarkan pengujian alat dan aplikasi yang telah dilakukan, sensor ultrasonik dapat mengukur tinggi sampah dengan persentase akurasi sebesar 94,07 % dan persentase errornya sebesar %, sensor proximity dapat mendeteksi benda logam pada jarak maksimum 3 mm, serta aplikasi tempat sampah pintar yang dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya. Prototipe Sistem Pengukur Ketinggian Permukaan Sampah pada Tempat Pembuangan Sementara Menggunakan Arduino dan Web Gis Dalam abstraksi terdapat informasi ini Sampah adalah limbah yang tidak digunakan lagi bisa dalam bentuk padat, cair, atau gas. Sampah membuat lingkungan tidak nyaman karena menyebabkan bau busuk. Masalah sampah menjadi kendala pada setiap kota di Indonesia. Kota pekanbaru merupakan kota memiliki masalah pengelolaan sampah, karena memiliki penduduk yang padat. Tempat pembuangan sampah tersebar di beberapa titik seperti di pasar, mall, dan pemukiman penduduk di seluruh kota. Untuk menangani sampah petugas kebersihan secara rutin mengangkut sampah dari tempat pembuangan sampah sementara sekali dalam sehari. Masalah yang timbul adalah banyaknya tempat pembuangan sampah menyulitkan petugas kebersihan untuk mengendalikan dan mengontrol sampah, yang dapat mengakibatkan sampah tidak diangkut pada hari yang sama. Banyaknya tempat pembuangan sampah sementara membuat petugas tidak mengetahui tempat pembuangan sampah yang sudah penuh. Hal inilah yang mendasari penulis membuat prototipe sistem pengukuran ketinggian sampah di tempat pembuangan sementara menggunakan arduino terintegrasi dengan web gis. Tujuan pembuatan sistem untuk memberikan peringatan alarm pada petugas kebersihan tempat pembuangan sampah sementara sudah penuh. Juga untuk mengontrol kapasitas maksimum realtime tempat pembuangan sampah melalui peta secara online. Dengan berjalannya sistem ini akan membantu petugas kebersihan mengetahui lokasi sampah sudah menumpuk. Petugas akan memprioritaskan tempat pembuangan yang sudah penuh untuk diangkut ke pembuangan akhir. Perancangan Tempat Sampah Pembuka Tutup Otomatis dan Indikator Kapasitas Dalam abstraksi terdapat informasi ini Tempat sampah sudah banyak tersedia diberbagai tempat, namun masih ada sebagian masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Sampah-sampah yang dibuang sembarangan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta kuman dan bakteri yang menyebabkan penyakit. Untuk menyadarkan kembali masyarakat, beberapa tempat sampah dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik untuk membuang sampah pada tempatnya. Tempat sampah yang dirancang dapat membuka penutup tempat sampah secara otomatis, akan mendeteksi sampah yang masuk dan mendeteksi kapasitas sampah ketika terisi penuh. Ketika sampah tersebut dimasukkan ke dalam tempat sampah, maka akan terdeteksi dan akan langsung mengeluarkan suara yang disimpan melalui modul MP3 yang berbunyi “Terima kasih telah membuang sampah pada tempatnya, jaga kebersihan lingkungan di sekitar Anda”. Selanjutnya, ketika sensor photodiode mendeteksi sampah yang sudah terisi penuh, data tersebut akan dikirim ke modul indikator LED melalui frekuensi radio dengan modulasi gaussian frequency shift keying GFSK. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, seluruh modul sensor, modul pemroses, modul pengirim dan modul penerima dinilai dapat bekerja dengan baik dan efektif. Sistem yang telah dibuat sedemikian rupa diharapkan dapat membantu masyarakat agar mau membuang sampah pada tempatnya. Dalam abstraksi terdapat informasi ini Berdasarakan hasil observasi diketahui bahwa mayoritas ibu-ibu Desa Keji adalah ibu rumah tangga yang menghabiskan banyak waktu di rumah, namun demikian kesadaran untuk mengelola sampah sangat rendah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Fasilitas pembuangan sampah dan Fasilitas pengelolaan sampah sangat minim, hanya tersedia dua tempat sampah besar untuk menampung sampah setiap harinya untuk seluruh warga. Hal ini sangat ironi mengingat Desa Keji merupakan salah satu desa menjai target sebagai Desa Wisata di Kabupaten Semarang. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah 1 peningkatan kesadaran masyarakat terutama ibu rumah tangga akan pentingnya pengeloaan sampah; 2 memberikan tambahan pengetahuan tentang edukasi pengelolaan sampah; 3 memberikan edukasi tentang penataan lingkungan melalui aplikasi Bank Sampah; 4 melakukan pendampingan mengenai administrasi pengelolaan Bank Sampah. Solusi yang ditawarkan adalah workshop, penyuluhan, dan pendampingan melalui metode Participatory Rural Appraisal PRA. Kegiatan pengabdian telah diselesaikan dengan baik, terjadi peningkatan pemahaman peserta pengabdian mengenai pemilahan sampah untuk mendapatkan harga jual sampah yang lebih tinggi, dan administrasi Bank Sampah sebagai tempat untuk penyaluran sampah yang telah dipilah dan sebagai media untuk pengelolaan keuangan dari hasil sampah. Analisis Dampak Limbah/sampah Rumah Tangga terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup Dalam abstraksi terdapat informasi ini Sampah atau limbah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari di rumah tangga yang tidak termasuk tinjak dan sampah spesifik. Dampak limbah rumah tangga dapat mempengaruhi pencemaran lingkungan seperti penurunan kualitas udara, maka akan mempengaruhi terhadap tingkat kesehatan bagi orang lain. Peraturan Rumah Tangga No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Dalam mengelola limbah atau sampah rumah tangga, yang terjadi seperti mengurangi tingkat kepedulian dari lingkungan rumah tangga itu sendiri, mengurangi tempat-tempat pembuangan sampah, serta meningkatkan penegakan hukum terhadap para pelanggarnya. Beberapa cara pengelolaan sampah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan yang baik terhadap pengelolaan sampah seperti halnya daur ulang, pembakaran, persiapan, pengomposan, dan pembusukan. Note Informasi yang kamu dapatkan adalah informasi abstraksi dari penelitian tentang Sampah. Untuk Selengkapnya kamu bisa klik link atau judul dari masing-masing daftar di atas.

laporan hasil penelitian geografi tentang sampah